Rabu, 23 Februari 2011

Menanti Sang Kekasih yg terakhir

Doakanlah aku di sholat malammu,Rembulan di langit hatiku. Tahun ini usia saya sudah menginjak umur 22 tahun. Sebagai seorang perempuan, tentu saja sudah harus bersiap-siap untuk menyongsong kehidupan baru menuju mahligai pernikahan. Sebuah fase kehidupan yang menurut cerita teman-teman begitu indah dan mengasyikkan. Dan kini, “provokasi” kearah pernikahan itu begitu gencar dihembuskan oleh teman-teman saya. Saya menghargainya, tapi saya tetap punya rencana tersendiri kapan waktunya.Jangan ditanya, apakah saya tidak ingin cepat-cepat menikah. Terus terang, saya ingin menyegerakannya karena itulah jalan untuk menggenapkan separuh dien. Dan saya yakin, para perempuan lainnya juga berpikiran begitu, tak jauh beda dengan saya.


Siapa yang tidak ingin segera berjihad, berkarya dan berdakwah bersama belahan hatinya.Kadang, ada yang meledek “Kapan kamu menikah”. Ketika mendapati pertanyaan semacam ini, saya hanya tersenyum saja. Rumusnya begitu. Tak perlu ditanggapi berlebihan, apalagi dengan rasa amarah. Tak ada gunanya. Lebih baik, pendam diam-diam dalam hati, sambil serius untuk melangkahkan kakinya menuju pernikahan itu. Kalau memang sudah siap, itulah saatnya “Ucapkan Cinta”.Tapi, bagaimana ketika cinta itu datang tiba-tiba dan kita belum siap (ini berlaku untuk para lelaki). Kalau belum siap untuk menikah, sangat rawan kalau kita ucapkan cinta. Saya tidak tahu bagaimana perasaan seorang laki-laki kalau harus menunggu dalam penantian.Sobat. Yang terpenting bagi kita saat ini adalah berbuat yang terbaik untuk diri dan lingkungan sekitar kita. Jangan ucapkan cinta kalau kita belum siap. Lebih baik, menyibukkan diri dulu dengan aktivitas yang bermanfaat sekaligus menyiapkan bekal yang cukup untuk menyambut “bidadari itu”. Kalau saatnya sudah tepat, baru ucapkan cinta. Percayalah, dengan cara seperti ini, insyallah kita akan bisa meraih impian-impian kita.Jangan terlena dengan bayangan-bayangan yang masih semu. Sekarang saatnya kita berbuat yang terbaik, dan bekerja maksimal sepanjang yang kita bisa. Insyallah, ketika kita serius dalam menjalani hidup dengan niat suci. Insyallah, Allah SWT akan memberikan yang terbaik pula kepada hambanya.
Mengenai siapa jodoh kita, hal itu tak begitu penting. Yang terpenting adalah visi yang sama, karena itulah yang akan menyatukan dua insan menuju karya-karya besar dan kelanggengan hidup. Kemudian, bagi para perempuan sholehah, bersabarlah. Karena kesabaran terbukti membuahkan hasil yang tidak disangka-sangka. Kalau memang tak kuasa menahan kesabaran. Contohlah Khatijah, dengan begitu, Insya Allah akan manis akhirnya.